Jurnalisme Investigatif
  • Beranda
  • Nasional
  • Sorotan
  • Pendapat Ahli
  • Sosial Politik
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Sains dan Teknologi
No Result
View All Result
Login
Jurnalisme Investigatif
  • Beranda
  • Nasional
  • Sorotan
  • Pendapat Ahli
  • Sosial Politik
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Sains dan Teknologi
No Result
View All Result
Jurnalisme Investigatif
No Result
View All Result
Home Sorotan

Politik Etis: Kebijakan Kolonial yang Memicu Kesadaran Bangsa

27 Mei 2025
in Sorotan
0
Politik Etis: Kebijakan Kolonial yang Memicu Kesadaran Bangsa

Politik Etis: Kebijakan Kolonial yang Memicu Kesadaran Bangsa

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappScan QR Code

Jakarta, JurnalismeInvestigatif.com — Pada awal abad ke-20, pemerintahan kolonial Belanda memperkenalkan sebuah kebijakan yang kemudian dikenal dengan nama Politik Etis atau Ethical Policy. Kebijakan ini kerap disebut sebagai bentuk “balas budi” atas eksploitasi panjang yang dilakukan terhadap rakyat Hindia Belanda, terutama selama era tanam paksa (cultuurstelsel).

Latar Belakang Lahirnya Politik Etis

Kritik terhadap kebijakan tanam paksa yang menyengsarakan rakyat pribumi mulai mencuat pada akhir abad ke-19. Para tokoh humanis dan liberal di Belanda, termasuk penulis terkenal Eduard Douwes Dekker (Multatuli) dalam novel Max Havelaar, menyoroti ketidakadilan dan penderitaan rakyat Indonesia. Tekanan ini memaksa pemerintah kolonial melakukan koreksi kebijakan.

Kamu mungkin suka

Pesinetron Muhammad Rayyan Alkadrie Ditangkap Terkait Dugaan Pemerasan Pasangan Sesama Jenis

Pesinetron Muhammad Rayyan Alkadrie Ditangkap Terkait Dugaan Pemerasan Pasangan Sesama Jenis

6 jam ago
Dua Mahasiswa UGM Meninggal

Dua Mahasiswa UGM Meninggal dalam Kegiatan KKN di Maluku Tenggara

1 hari ago

Pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina secara resmi mengumumkan bahwa Belanda memiliki tanggung jawab moral terhadap rakyat jajahannya. Maka lahirlah Politik Etis, dengan tiga pilar utama: irigasi, emigrasi, dan edukasi (pendidikan). Tujuan yang dideklarasikan adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat Hindia Belanda, meski dalam praktiknya tetap terkandung kepentingan kolonial.

Politik Etis: Proyek Kolonial dengan Wajah Humanis

Meskipun dikemas sebagai bentuk kepedulian moral, Politik Etis tidak sepenuhnya bebas dari motif imperialisme. Pembangunan irigasi bertujuan meningkatkan hasil pertanian untuk pasar ekspor, emigrasi digunakan untuk mengatasi kepadatan penduduk di Jawa, sementara pendidikan diarahkan untuk mencetak tenaga kerja terampil dan birokrat rendahan yang loyal kepada pemerintah kolonial.

Namun, justru dalam sektor pendidikan inilah dampak tak terduga muncul: lahirnya kaum terdidik pribumi yang mulai berpikir kritis dan mempertanyakan dominasi kolonial.

Pendidikan dan Kesadaran Nasional

Pilar edukasi menjadi instrumen paling signifikan dari Politik Etis. Pemerintah Belanda mendirikan berbagai sekolah bagi anak-anak pribumi, seperti HIS (Hollandsch-Inlandsche School), MULO, STOVIA, dan sekolah kejuruan lainnya. Meski hanya segelintir orang yang mendapat akses, dari institusi-institusi inilah muncul generasi baru yang kelak menjadi pelopor kebangkitan nasional.

Nama-nama besar seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan R.A. Kartini adalah produk dari kebijakan ini—mereka bukan sekadar hasil dari sistem pendidikan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap sistem itu sendiri.

Kaum terpelajar inilah yang kemudian melahirkan organisasi-organisasi pergerakan seperti Budi Utomo (1908), Sarekat Islam (1912), dan Jong Java, yang menjadi fondasi awal dari nasionalisme Indonesia.

Warisan Ambivalen: Penjajahan yang Memantik Perlawanan

Di satu sisi, Politik Etis tetaplah kebijakan kolonial yang dibatasi oleh kepentingan pemerintah Belanda. Kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk memerdekakan Indonesia, melainkan memperkuat dominasi Belanda melalui cara yang lebih “beradab”. Namun di sisi lain, kebijakan ini membuka celah yang dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk bangkit.

Dengan kata lain, Politik Etis adalah paradoks: ia merupakan warisan penjajahan yang justru menanamkan benih perlawanan. Pendidikan yang semula ditujukan untuk melanggengkan kekuasaan, berubah menjadi alat emansipasi rakyat terjajah. Sekolah-sekolah yang didirikan Belanda menjadi tempat lahirnya ide-ide kemerdekaan.

Awal Kebangkitan atau Sekadar Strategi?

Melihat konteks sejarahnya, Politik Etis bukanlah kebijakan yang murni berpihak kepada kepentingan rakyat pribumi. Namun tak bisa dipungkiri bahwa kebijakan ini telah membuka ruang baru bagi lahirnya kesadaran nasional dan semangat kemerdekaan. Meskipun terbatas dan diskriminatif, pendidikan yang diberikan telah melahirkan elite intelektual pribumi yang mampu merumuskan cita-cita kebangsaan.

Oleh karena itu, Politik Etis bukan sekadar warisan penjajahan, melainkan juga sumbu kebangkitan nasional yang tak terduga oleh kolonialisme itu sendiri.

Penutup: Menimbang Sejarah secara Kritis

Memahami Politik Etis sebagai bagian dari sejarah Indonesia berarti memahami kompleksitas kolonialisme. Tidak semua yang lahir dari sistem penjajahan membawa keburukan mutlak—dalam banyak kasus, penindasan justru melahirkan kesadaran dan perlawanan.

Politik Etis adalah contoh nyata bagaimana kebijakan kolonial yang sarat kepentingan justru menjadi titik balik lahirnya semangat kebangsaan Indonesia. Dengan sikap kritis, kita bisa melihat bahwa sejarah tidak hanya tentang siapa yang menguasai, tetapi juga tentang bagaimana yang dikuasai bangkit dan merdeka.

Baca Juga : Politik Etis di Masa Kolonial dan Dampaknya terhadap Pendidikan Pribumi

Salma Hn

Salma Hn

Berita Terkait

Pesinetron Muhammad Rayyan Alkadrie Ditangkap Terkait Dugaan Pemerasan Pasangan Sesama Jenis

Pesinetron Muhammad Rayyan Alkadrie Ditangkap Terkait Dugaan Pemerasan Pasangan Sesama Jenis

by Salma Hn
2025/07/03
0

Jakarta – Aktor sinetron Muhammad Rayyan Alkadrie ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian setelah diduga melakukan pemerasan terhadap pria yang...

Dua Mahasiswa UGM Meninggal

Dua Mahasiswa UGM Meninggal dalam Kegiatan KKN di Maluku Tenggara

by Salma Hn
2025/07/02
0

Yogyakarta – Dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dilaporkan meninggal dunia dalam insiden kecelakaan laut saat menjalankan program Kuliah Kerja...

Ribuan Warga Padati Monas Saksikan HUT Bhayangkara ke-79, 5.800 Personel Gabungan Dikerahkan

Ribuan Warga Padati Monas Saksikan HUT Bhayangkara ke-79, 5.800 Personel Gabungan Dikerahkan

by Salma Hn
2025/07/01
0

Jakarta — Ribuan masyarakat memadati kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, sejak Selasa pagi (1/7/2025) dalam rangka memperingati Hari Ulang...

Korupsi Pertamina-Tiga Rekanan Asing di Singapura Diperiksa Kejagung

Korupsi Pertamina: Tiga Rekanan Asing di Singapura Diperiksa Kejagung

by Salma Hn
2025/06/26
0

Jakarta – Kejaksaan Agung Republik Indonesia memeriksa tiga perwakilan perusahaan asing yang menjadi rekanan PT Pertamina (Persero) dalam kasus dugaan...

Next Post
Pengertian Norma Hukum dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Pengertian Norma Hukum dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Bisnis
  • Gagasan Ahli
  • Gercep Polri
  • Isu Polri
  • Jaga Negeri
  • Kamtibmas
  • Nasional
  • Pendapat Ahli
  • Pendidikan
  • Sains Teknologi
  • Sorotan
  • Sosial Politik
  • Trending no.1 Media Sosial

Berita Terbaru

Pesinetron Muhammad Rayyan Alkadrie Ditangkap Terkait Dugaan Pemerasan Pasangan Sesama Jenis

Pesinetron Muhammad Rayyan Alkadrie Ditangkap Terkait Dugaan Pemerasan Pasangan Sesama Jenis

3 Juli 2025
Dirjen Perhubungan Darat-Aan Suhanan

Dirjen Perhubungan Darat Aan Suhanan: Tarif Ojol Belum Diputuskan, Masih Dikaji

2 Juli 2025
Dua Mahasiswa UGM Meninggal

Dua Mahasiswa UGM Meninggal dalam Kegiatan KKN di Maluku Tenggara

2 Juli 2025
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

© Copyright Jurnalisme Investigatif Team All Rights Reserved -

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Sorotan
  • Pendapat Ahli
  • Sosial Politik
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Sains dan Teknologi

© Copyright Jurnalisme Investigatif Team All Rights Reserved -