Jurnalisme Investigatif
  • Beranda
  • Nasional
  • Sorotan
  • Pendapat Ahli
  • Sosial Politik
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Sains dan Teknologi
No Result
View All Result
Login
Jurnalisme Investigatif
  • Beranda
  • Nasional
  • Sorotan
  • Pendapat Ahli
  • Sosial Politik
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Sains dan Teknologi
No Result
View All Result
Jurnalisme Investigatif
No Result
View All Result
Home Sorotan

Politik Etis di Masa Kolonial dan Dampaknya terhadap Pendidikan Pribumi

27 Mei 2025
in Sorotan
0
Politik Etis di Masa Kolonial dan Dampaknya terhadap Pendidikan Pribumi

Politik Etis di Masa Kolonial dan Dampaknya terhadap Pendidikan Pribumi

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappScan QR Code

Jakarta – Politik Etis atau Ethical Policy merupakan kebijakan kolonial yang dilaksanakan pemerintah Belanda di Hindia Belanda (Indonesia) pada awal abad ke-20. Kebijakan ini diumumkan secara resmi pada tahun 1901 oleh Ratu Wilhelmina dalam pidato kenegaraan yang menandai pergeseran dari eksploitasi ekonomi murni menuju pendekatan “balas budi” kepada rakyat jajahan.

Kebijakan ini muncul sebagai respons atas kritik dari kalangan liberal Belanda terhadap praktik cultuurstelsel atau tanam paksa, yang selama puluhan tahun menimbulkan penderitaan dan kemiskinan rakyat Indonesia. Melalui Politik Etis, pemerintah kolonial menyatakan niatnya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi rakyat pribumi melalui tiga program utama: irigasi, emigrasi, dan edukasi (pendidikan).

Kamu mungkin suka

Tina Talisa Diangkat Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Gaji Diperkirakan Capai Rp21,8 Miliar per Tahun

Tina Talisa Diangkat Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Gaji Diperkirakan Capai Rp21,8 Miliar per Tahun

11 jam ago
Riza Chalid dan Putranya Jadi Tersangka Korupsi Minyak Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp285 Triliun

Riza Chalid dan Putranya Jadi Tersangka Korupsi Minyak Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp285 Triliun

12 jam ago

Latar Belakang dan Tujuan Politik Etis

Politik Etis berakar pada kesadaran bahwa kemajuan ekonomi Belanda banyak ditopang oleh kekayaan dari Hindia Belanda. Oleh karena itu, muncul pandangan bahwa sudah selayaknya Belanda “membalas budi” kepada rakyat pribumi dengan meningkatkan taraf hidup mereka.

Dari ketiga pilar utama Politik Etis, sektor pendidikan menjadi instrumen yang paling menentukan dalam membentuk generasi terdidik pribumi dan membangkitkan kesadaran nasional. Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai modernitas, membuka akses terhadap birokrasi kolonial, serta menciptakan kelas menengah baru yang loyal kepada pemerintah kolonial.

Namun, dalam pelaksanaannya, pendidikan di bawah Politik Etis tetap berwatak diskriminatif dan berjenjang. Sekolah-sekolah dibedakan berdasarkan ras dan status sosial. Pendidikan yang berkualitas tinggi lebih banyak diberikan kepada keturunan Eropa dan elite pribumi, sementara rakyat biasa hanya mendapat pendidikan dasar dengan kurikulum yang terbatas.

Perkembangan Pendidikan di Masa Politik Etis

Beberapa jenis sekolah yang dibuka selama masa ini antara lain:

  • ELS (Europeesche Lagere School): untuk anak-anak Eropa dan elite pribumi.

  • HIS (Hollandsch-Inlandsche School): sekolah dasar berbahasa Belanda untuk anak-anak pribumi dari kalangan bangsawan atau pejabat.

  • MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs): setara SMP.

  • AMS (Algemeene Middelbare School): setara SMA.

  • STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen): sekolah kedokteran bagi pribumi.

  • Rechtschool dan Technische Hoogeschool: pendidikan hukum dan teknik, cikal bakal lembaga pendidikan tinggi di Indonesia.

Dampak Politik Etis terhadap Pendidikan Pribumi

Meskipun pelaksanaan pendidikan tetap bersifat diskriminatif, kebijakan ini tetap memberikan dampak besar bagi bangsa Indonesia, antara lain:

  1. Meningkatnya Akses terhadap Pendidikan bagi Pribumi
    Jumlah sekolah dan siswa dari kalangan pribumi meningkat, meskipun masih terbatas pada kalangan tertentu. Ini menandai awal tumbuhnya kelompok terdidik di kalangan rakyat Indonesia.

  2. Lahirnya Kaum Intelektual dan Tokoh Nasionalis
    Pendidikan melahirkan generasi baru yang kritis dan memiliki kesadaran politik. Tokoh-tokoh seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, dan R.A. Kartini adalah contoh dari kalangan terdidik yang menjadi pelopor kebangkitan nasional dan perjuangan kemerdekaan.

  3. Terbentuknya Organisasi dan Media Pribumi
    Pendidikan mendorong lahirnya organisasi seperti Budi Utomo (1908), Sarekat Islam (1912), dan Taman Siswa (1922), serta berkembangnya pers nasional yang menjadi alat penyebaran gagasan kebangsaan.

  4. Penguatan Identitas Nasional dan Solidaritas Antar Suku Bangsa
    Melalui pendidikan, muncul kesadaran akan identitas sebagai “bangsa Indonesia” yang satu, terlepas dari latar belakang suku dan agama. Pendidikan menjadi ruang pertemuan antar kelompok dari berbagai daerah.

  5. Kritik terhadap Pendidikan Kolonial
    Seiring berkembangnya pemikiran kritis, para tokoh nasional mulai menyadari bahwa pendidikan kolonial bersifat indoktrinatif dan bertujuan mempertahankan kekuasaan kolonial. Ini mendorong lahirnya sistem pendidikan alternatif seperti Taman Siswa yang lebih menekankan pada nilai-nilai kebangsaan dan kemandirian.

Kesimpulan

Politik Etis di masa kolonial memang dilandasi motif moral dan tanggung jawab, tetapi dalam pelaksanaannya tetap sarat kepentingan kolonial. Meski begitu, dari celah kebijakan ini, bangsa Indonesia menemukan pintu untuk bangkit melalui pendidikan. Pendidikan menjadi katalisator perubahan sosial, membentuk generasi terdidik yang menjadi ujung tombak pergerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia.

Dengan demikian, meskipun lahir dari kebijakan kolonial, Politik Etis turut berkontribusi dalam membuka kesadaran kolektif bangsa Indonesia akan hak untuk merdeka dan berdaulat di tanah sendiri.

Baca Juga : Mafia Migas dan Korupsi Menghantui Pertamina, Penegak Hukum Didesak Bertindak

Tags: Ethical PolicyPendidikanPolitik Etis
Salma Hn

Salma Hn

Berita Terkait

Tina Talisa Diangkat Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Gaji Diperkirakan Capai Rp21,8 Miliar per Tahun

Tina Talisa Diangkat Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Gaji Diperkirakan Capai Rp21,8 Miliar per Tahun

by Redaksi JurnalInvestigatif
2025/07/11
0

Jakarta – Staf Khusus Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Tina Talisa, resmi ditunjuk sebagai Komisaris PT Pertamina Patra Niaga. Penunjukan...

Riza Chalid dan Putranya Jadi Tersangka Korupsi Minyak Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp285 Triliun

Riza Chalid dan Putranya Jadi Tersangka Korupsi Minyak Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp285 Triliun

by Salma Hn
2025/07/11
0

Jakarta – Pengusaha minyak kondang Mohammad Riza Chalid dan putranya, M. Kerry Andrianto Riza, resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus...

Polisi Selidiki Kematian Diplomat Kemlu

Polisi Selidiki Kematian Diplomat Kemlu di Kamar Kos Menteng, Wajah Terbungkus Lakban

by Salma Hn
2025/07/11
0

Jakarta — Kepolisian masih menyelidiki kematian Arya Daru Pangayunan (39), seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri, yang ditemukan tak bernyawa...

yusril-ihza-mahendra-dan-gibran

Yusril Bantah Isu Gibran Pindah Kantor ke Papua

by Salma Hn
2025/07/09
0

Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan (Menko Kumham Imipas) Yusril Ihza Mahendra menegaskan bahwa Wakil Presiden...

Next Post
Politik Etis: Kebijakan Kolonial yang Memicu Kesadaran Bangsa

Politik Etis: Kebijakan Kolonial yang Memicu Kesadaran Bangsa

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Bisnis
  • Gagasan Ahli
  • Gercep Polri
  • Isu Polri
  • Jaga Negeri
  • Kamtibmas
  • Nasional
  • Pendapat Ahli
  • Pendidikan
  • Sains Teknologi
  • Sorotan
  • Sosial Politik
  • Trending no.1 Media Sosial

Berita Terbaru

Tina Talisa Diangkat Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Gaji Diperkirakan Capai Rp21,8 Miliar per Tahun

Tina Talisa Diangkat Jadi Komisaris Pertamina Patra Niaga, Gaji Diperkirakan Capai Rp21,8 Miliar per Tahun

11 Juli 2025
Riza Chalid dan Putranya Jadi Tersangka Korupsi Minyak Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp285 Triliun

Riza Chalid dan Putranya Jadi Tersangka Korupsi Minyak Pertamina, Kerugian Negara Capai Rp285 Triliun

11 Juli 2025
Polisi Selidiki Kematian Diplomat Kemlu

Polisi Selidiki Kematian Diplomat Kemlu di Kamar Kos Menteng, Wajah Terbungkus Lakban

11 Juli 2025
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kebijakan Privasi
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

© Copyright Jurnalisme Investigatif Team All Rights Reserved -

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Nasional
  • Sorotan
  • Pendapat Ahli
  • Sosial Politik
  • Bisnis
  • Pendidikan
  • Sains dan Teknologi

© Copyright Jurnalisme Investigatif Team All Rights Reserved -