Jakarta – Kegembiraan menyelimuti umat Islam di seluruh dunia saat mempersiapkan diri untuk menyambut Tahun Baru Islam yang bertepatan dengan 1 Muharram 1446 Hijriyah. Menurut Kalender Islam 2024, tonggak pergantian tahun ini jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024, sebuah moment yang dirayakan dengan introspeksi diri, doa, dan harapan. Meski pada tahun ini pemerintah Indonesia tidak menetapkan tanggal 8 Juli 2024 sebagai hari libur nasional atau cuti bersama, khususnya menjelang Hari Raya Idul Fitri yang meramaikan perayaan 1 Muharram, tetap tidak mengurangi semangat kebersamaan dan refleksi yang tumbuh di tengah umat Islam.
Di momen yang sakral ini, Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 236 Tahun 2024, Nomor 1 Tahun 2024, Nomor 2 Tahun 2024 memberikan kepastian bahwa Senin, 8 Juli 2024, merupakan hari kerja biasa sekalipun satu hari pasca Tahun Baru Islam 1446 H.
Menyimak Kalender Hijriah 2024 yang diterbitkan oleh Kementrian Agama (Kemenag) RI, Muharram 1446 H menjadi penyemarak tali silaturahmi melalui ucapan selamat Tahun Baru Islam, yang menurut Hafidz Muftisany dalam bukunya “Fikih Keseharian: Ucapan Tahun Baru Hijriyah Hingga Hukum Parfum Beralkohol,” tujuannya adalah “untuk menimbulkan rasa cinta sesama muslim, menampakkan kegembiraan dan keceriaan kepada sesama umat Islam.”
Namun, mengucapkan selamat Tahun Baru Islam memiliki tinjauan berbeda di kalangan ulama. Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama Saudi, dalam fatwanya berpendapat, “Jika seseorang mengucapkan selamat, maka jawablah. Akan tetapi jangan kita yang memulai.” Hal ini sejalan dengan paham bahwa maksud doa dan harapan di Tahun Baru Islam tidak harus diasosiasikan khusus sebagai ibadah pada peristiwa tertentu, sehingga diperbolehkan. Syekh Abdul Karim al Khudair juga memperkuat pendapat ini, memberikan ruang untuk mendoakan kebaikan kepada sesama di hari-hari raya.
Sebagai refleksi dari makna historis dan spiritual Muharram, umat Islam juga memanfaatkan momentum ini untuk melakukan puasa sunah Asyura. Puasa ini dianggap memiliki keutamaan khusus yang dapat menghapus dosa setahun yang telah lewat. Meskipun puasa sunnah ini hanya dianjurkan, namun keberkahan yang ditawarkan mendapat tempat khusus dalam kalender ibadah umat Islam.
Di samping itu, perhatian terhadap penentuan awal kalender Hijriyah menjadi perhatian khusus. MUHAMMADIYAH.OR.ID melaporkan bahwa penggunaan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) menyediakan parameter yang jelas seperti imkan rukyat dan konjungsi untuk mengurangi perbedaan pendapat terkait awal bulan baru. “Imkan rukyat terjadi ketika tinggi bulan minimal 5 derajat dan elongasi minimal 8 derajat saat matahari terbenam,” ujar laporan tersebut, menyampaikan systematisasi yang diharapkan memperkuat kesatuan umat dalam penentuan awal bulan Hijriyah.
Mengakhiri Tahun 1445 H dan memasuki Tahun Baru Hijriah merupakan momentum yang ditekankan sebagai kesempatan untuk pensucian jiwa dan pembaruan semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Prosesi baik secara spiritual maupun sosial yang mengelilingi 1 Muharram menjadi pengingat akan warisan kaya pengalaman manusia dengan Tuhan-nya, sekaligus pemantik komitmen terhadap prinsip kebersamaan dalam umat.
-SH
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari JurnalismeInvestigatif.com. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainnya.