Jakarta – Ade Armando, aktivis media sosial dan dosen Universitas Indonesia, dianiaya pada Senin (11/4) saat berpartisipasi dalam demonstrasi pada 11 April di depan gedung DPR-MPR di Jakarta. Begini kronologi penganiayaan Ade Armando oleh demonstran.
Akibat pemukulan Ade, demonstrasi yang semula damai tiba-tiba berubah menjadi kekerasan karena beberapa orang melemparkan batu dan botol air mineral ke polisi.
Menurut beberapa video yang beredar, Ade Armando mengatakan dia datang karena ingin melihat demonstrasi menentang perpanjangan jabatan presiden.
“Saya tidak ikut demonstrasi. Tapi saya menonton, dan saya ingin menunjukkan dukungan saya,” kata Ade dalam wawancara dengan beberapa anggota massa.
“Kita tahu ada BEM-BEM, ada BEM SI Kerakyatan, BEM Nusantara, macam-macam. Itu membuat gelombang aksi lebih kecil,” lanjutnya.
Iklan.
Hal itulah yang kemudian membuat massa sejumlah emak-emak yang mendengar mengatakan bahwa Ade sebagai orang yang munafik.
“Buzzer, buzzer, munafik, hidup lo gak berkah,” ucap sejumlah emak-emak yang ikut demonstrasi.
Tak terima dengan penghinaan itu, Ade Armando lantas mencoba menghardik ibu-ibu itu.
“Ada apa dengan saya?” tanya Ade setengah membentak.
Namun bukannya mereda, sejumlah orang yang berada di situ sempat berteriak dengan bahasa yang tinggi.
“Bunuh, bunuh Ade Armando,” ucap beberapa orang.
Tak mau kecolongan, sejumlah polisi berpakaian preman berusaha menyelamatkanya, namun akhirnya Ade Armando menjadi sasaran massa hingga tubuh dan celananya hilang.
Ade berhasil diselamatkan setelah beberapa petugas polisi berusaha melindungi Ade agar tidak dipukuli. Namun, hal ini memicu perilaku anarkis massa, yang membuat demonstrasi menjadi kacau balau.
Ade akhirnya diselamatkan dan dibawa ke gedung DPR-MPR, di mana ia langsung dilarikan dengan ambulans. Ade dibawa ke rumah sakit, sementara penganiaya ditangkap. Tidak jelas berapa orang yang ditangkap dan dari unsur apa.
Baca Juga : Kapolri Perintahkan Polisi Humanis Jaga Demo Mahasiswa 11 April
Sumber: BeritaSatu.com | Editor : Dian