Mengenal Entrepreneur dan Sociopreneur yang Bermanfaat Bagi Masyarakat. Sebagai seorang wirausaha, seringkali mereka hanya membuat diri sendiri bertambah kaya dan kesejahteraan pribadi menjadi lebih meningkat.Yang manakah yang anda inginkan ?
Jurnalismeinvestigatif – Jakarta – Menjadi kaya bagi seorang entrepreneur sebenarnya bukanlah tujuan utama dari sebuah usaha karena kekayaan yang diperoleh hanyalah sebuah bonus. Sifat dan karakteristik dari pengusaha pun berbeda-beda dan kini marak munculnya bentuk kewirausahaan sosial atau sociopreneur.
Sebelum melangkah menjadi seorang wirausaha, akan lebih baik bila Anda mengenal sociopreneur yang memiliki pengertian yaitu mengindentifikasi ataupun melihat berbagai macam masalah yang diperoleh dalam berbisnis sebagai peluang guna membentuk jenis usaha yang baru dan bermanfaat bagi adanya pemberdayaan masyarakat di sekitar lokasi usaha.
Dikarenakan sifatnya adalah sosial, maka tujuan utama dari bisnis ini bukanlah untuk mencari keuntungan maksimal dan sebesar-besarnya.
Selain itu tujuannya juga bukan untuk memperoleh kepuasan pelanggan namun lebih mengarah kepada hasil dari gagasan yang dibuat oleh perusahaan apakah bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Bisa diibaratkan masyarakat seperti orang yang menabung untuk jangka panjang dikarenakan usaha yang dibuat membutuhkan waktu serta proses yang cukup panjang jika ingin melihat hasilnya.
Tentu saja jenis wirausaha sosial ini menjadi sebuah fenomena yang menarik sekaligus berbeda dari pengusaha konvensional yang hanya memfokuskan diri untuk memperoleh keuntungan maksimal dan juga memuaskan pelanggan agar bisnis yang dijalankannya lebih baik dan bisa bertahan lama di tengah-tengah persaingan usaha yang sama.
Dalam praktek dasarnya, untuk membangun sebuah kewirausahaan sosial ini diperlukan berbagai ilmu pengetahuan guna mengembangkan usahanya sekaligus memantau praktek usaha di lapangan.
Berbagai macam ide tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah bisnis yang bermanfaat bagi banyak orang yang membutuhkannya.
Banyak sekali pembelajaran mengenai sociopreneur sekaligus dengan karakteristiknya yang dimiliki oleh para pengusaha itu sendiri.
Hal tersebut dapat dilihat melalui penelitian yang dilakukan dalam sociopreneurship dan dibagi menjadi beberapa social group berdasarkan karakteristiknya masing-masing.
Baca Juga : Pertumbuhan ekonomi pada 2023 dihantui ancaman stagflasi
Berbagai Pendapat Ahli
Banyak ahli yang menuturkan bermacam-macam pendapat mereka mengenai wirausaha sosial seperti Austin Stevenson dan Wei Skillern yang mengatakan jika pengusaha sosial dan konvensional itu berbeda baik dari metode, peluang dan situasinya.
Tujuan utamanya adalah untuk melayani banyak kebutuhan masyarakat namun usahawan tradisional memiliki tujuan untuk meraih pasar yang semakin lebih besar sekaligus mendapatkan keuntungan dengan proses bertaraf minimal demi kepentingan masyarakat.
Sedikit berbeda dengan Austin dan Wei, Paul C Light melihat definisi yang berbeda dari pengusaha sosial yaitu menganggap jika pengusaha sosial itu merupakan individu, organisasi, kelompok, jaringan maupun aliansi.
Mereka mempunyai upaya secara berkelanjutan untuk memberikan ide-ide yang cukup bervariasi demi mengatasi masalah yang juga berbeda namun ada kaitannya dengan hal sosial juga. Disini peran pemimpin atau pemilik usaha dipertaruhkan dan memegang kendali dengan cepat sekaligus sadar akan yang namanya kewajiban dalam menyelesikan masalah.
Dibutuhkan penglihatan yang jeli demi melihat sesuatu yang positif namun keterampilan saja masih belum cukup bagi seseorang agar disebut sebagai pengusaha sosial. Diperlukan berbagai macam hal bagi pengusaha sosial untuk mengembangkan bisnisnya.
Diperlukan inovasi, toleransi, kesempatan sosial, pengakuan, maupun persimpangan virtuousness demi usaha sosial yang berkelanjutan.
Meski sebenarnya konsep dari wirasauaha sosial ini telah berjalan lama dan bukan ide baru namun masih banyak yang belum mengetahuinya dikarenakan memang sangat jarang sekali ditemukan usaha yang masih menggunakan konsep ini dan bukan hanya keuntungan usaha semata.
Kiblat dari perkembangan usaha kini adalah menggunakan sistem kapitalis yang didorong dengan adanya lembaga keuangan yang lebih cenderung sangat eksploitatif pada manusia dan juga lingkungan karena lebih fokus pada penggandaan modal atau kapital.
Hal ini pun berpengaruh pada pendidikan dimana para generasi penerus ikut didoktrin untuk terus meningkatkan keuntungan apabila akan menjalankan sebuah usaha.
Oleh sebab itu, baik disadari maupun tidak, pendidikan saat ini menghasilkan generasi penerus yang mendukung secara penuh sistem ekonomi quo sehingga sosial ataupun kebijaksanaan dari sejarah masa lalu pun tak pernah ada.
Baca Juga : 10 Pekerjaan Top Tanpa Harus Gelar Sarjana, Mantap Gajinya Nih
Pilihan di tangan Anda
Setelah Anda mengenal sociopreneurship, maka hanya diri Anda sajalah yang dapat memutuskan ingin memilih atau bergerak dalam bisnis konvensional ataukah sosial yang jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat sehingga Anda pun akan merasakan kepuasan diri.
Di Indonesia, ada sejumlah contoh nyata dari seorang social entrepreneurs. Misalnya, pendiri Kitabisa yaitu Alfatih Timur, penggagas Klinik Asuransi Sampah, Gamal Albinsaid, hingga pencetus Batik Kultur bernama Dea Valencia.
Penggambaran Alfatih Timur, Gamal Albinsaid hingga Dea Valencia tentu sedikit banyak memberi kita pencerahan tentang apa itu sociopreneur. Jadi, bisnis yang dimaksud, sekali lagi, bukan untuk memperkaya diri sendiri. Akan tetapi, juga diperlukan demi kesejahteraan banyak orang. Misalnya, para difabel, anak-anak yatim, keluarga kurang mampu dan masih banyak lagi.
Jenis bisnis social entrepreneurs juga begitu beragam. Tentunya sesuai dengan tujuan didirikannya usaha tersebut. Biasanya, bisnis ini juga berawal dari suatu komunitas. Komunitas yang sudah memiliki omset berlimpah, tentunya membuat pencetus termotivasi untuk melakukan kontribusi terhadap lingkungan sekitar.
Baca Juga : Ini Dia Profesi Masa Depan yang Menjanjikan
Contoh Usaha Sociopreneur
Setelah mengetahui pengertian sociopreneur, maka berikutnya Anda perlu tahu contoh usaha sociopreneur dalam dunia nyata. Usaha social entrepreneur sangat beragam dan berasal dari bidang berbeda. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa contoh nyata dari usaha social entrepreneurs. Mulai dari usaha kerajinan tangan, bisnis pertanian, bidang kesehatan, usaha mode dan retail sampai bidang energi dan lingkungan seperti Waste4Change.
Tidak sedikit contoh sociopreneur di Indonesia yang menginspirasi. Meskipun dengan latar belakang yang cukup berbeda, akan tetapi tokoh-tokoh berikut tetap saja memiliki tujuan serupa yaitu berkontribusi dalam kesejahteraan sosial demi kemajuan bangsa.
Alfatih Timur yang merupakan pendiri Kitabisa.com. Usahanya bergerak di bidang penggalangan dana sebagai sarana beramal bagi yang terkena musibah. Dea Valencia adalah pendiri Batik Kultur. Lewat usahanya Dea bukan hanya mampu membawa batik ke kancah internasional saja melainkan juga mempekerjakan banyak difabel.
Azalea Ayuningtyas yaitu seorang pencetus Du’Anyam. Melalui usaha tersebut, Ayu bisa membantu banyak wanita di Flores agar lebih banyak menghasilkan produk kerajinan tangan. Agis Nur Aulia yakni pencetus Jawara Banten Farm. Pengusaha ini mampu berkontribusi dalam swasembada pangan dengan merintis usaha peternakan kambing etawa, sapi perah dan domba.
Baca Juga : Kekuatan Ekonomi Indonesia di Tengah Krisis Global di Akui Dunia
Sifat Sociopreneur
Ada beberapa sifat yang mesti Anda miliki demi menjadi seorang sociopreneur sukses di Indonesia. Menariknya, justru kriteria sifat social entrepreneurs berikut tidak sedikit yang sudah dimiliki oleh para millennials. Sehingga akan menjadi sebuah langkah yang jauh lebih mudah.
Pertama adalah sifat kolaboratif. Maksud dari sifat kolaboratif adalah Anda perlu bersikap ramah dengan lingkungan di sekitar. Bukan hanya harus yakin kepada diri sendiri, melainkan juga percaya dengan orang lain.
Kedua, memiliki naluri berwirausaha tinggi. Agar menjadi seorang social entrepreneurs sukses, maka harus dipupuk dengan naluri berwirausaha sejak dini. Tentunya usaha yang mengarah ke kesejahteraan sosial. Tanpa adanya naluri seperti ini, tentu Anda tidak bisa menjadi social entrepreneurs.
Ketiga, tidak mudah menyerah. Demi mewujudkan cita-cita menjadi seorang social entrepreneurs, maka Anda harus peduli terhadap pencapaian prestasi diri sendiri. Mungkin Anda pernah gagal. Akan tetapi, Anda tentu bisa menemukan titik bangkit. Itulah yang dimaksud dengan social entrepreneur sejati.
Baca Juga : Gaji 5 juta kena pajak berapa? Ini Penjelasanya
Tips Menjadi Sociopreneur
Apakah Anda mulai tertarik untuk menjadi seorang sociopreneur yang mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar? Jika tertarik, maka cobalah untuk menerapkan beberapa tips berikut guna merealisasikan contoh sociopreneur pada diri Anda sendiri.
Pertama, pahami isu yang ingin diangkat. Agar bisnis sosial yang Anda jalani tidak setengah-setengah dan malah tidak berdampak apapun bagi lingkungan masyarakat, maka sebaiknya pahami terlebih dahulu isu yang ingin diangkat. Tentukan tujuan secara spesifik sebelum memulai bisnis. Pikirkan juga terkait kompetensi dan keterampilan yang dimiliki.
Kedua, lakukan riset. Lakukan riset bukan hanya sekadar target pasar saja. Namun perlu juga melakukan riset social enterprise lain yang kiranya bisa menyasar isu serupa dengan bisnis Anda. Cari tahu juga bisnis, organisasi maupun asosiasi lain yang kiranya bisa diajak bekerjasama untuk membangun usaha.
Ketiga, jalankan bisnis transparan. Jangan lupa jalankan bisnis Anda secara transparan. Hal ini penting demi menghindari adanya krisis kepercayaan dari pihak-pihak yang bekerjasama. Tentunya sebelum mulai menjalankan bisnis, Anda mesti memiliki pendanaan cukup serta sudah menyeimbangkan profit dan dampak yang akan dituai nantinya.
Keempat manfaatkan Platform Digital. Mayoritas pebisnis saat ini masih terpaku dengan platform konvensional untuk menunjang usaha. Sebaiknya Anda juga memanfaatkan platform digital seperti website dan media sosial agar bisa menjangkau lebih banyak audiens.
Sebagai informasi, online presence atau kehadiran brand di jagat digital terbukti mampu membangun kedekatan yang baik, antara brand dengan para konsumen. Tidak perlu pusing soal biaya karena Anda bisa membuat website sederhana menggunakan paket hosting murah bulanan yang bisa didapatkan mulai dari Rp 20 ribuan perbulan. Layanan hosting ini sudah cukup untuk membuat landing page profesional agar bisnis menjadi lebih dikenal.
Kesimpulan
Menjadi sociopreneur adalah jalan bisnis yang tidak dimiliki oleh semua orang. Pasalnya, selain harus memikirkan keuntungan perusahaan, karakteristik bisnis seperti ini juga menuntut Anda untuk memperhatikan dampak positif dan juga isu sosial di lingkungan sekitar.
Kendati demikian, bukan berarti konsep bisnis ini tidak bisa dijalankan. Sudah ada banyak contoh sociopreneurship dari dalam maupun luar negeri yang sukses dengan ide mereka. Kuncinya adalah konsisten serta memanfaatkan peluang yang ada.***
Baca Juga : Luhut Minta Belanja Pakaian Dalam hingga Peluru TNI-Polri Masuk LKPP
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari jurnalismeinvestigatif.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainya.