Jakarta –
Pulau Pari dan Pulau Lancang saat ini berstatus zona hijau COVID-19. Padahal awal hingga pertengahan Januari 2021, terdapat lebih dari 50 kasus positif COVID-19 di dua pulau di Kepulauan Seribu ini.
“Jadi 2020 itu, saya bisa yakini tidak ada satu pun laporan warga kami yang terkena COVID-19. Saya yakin itu. Puncak-puncaknya ya awal Januari 2021,” kata Lurah Pari, Mahtoem (47) kepada wartawan (2/3/2021).
“Itu pertengahan Januari mencapai puncak, 31 kasus di Pulau Lancang, 20-an kasus di Pulau Pari,” sambung Mahtoem.
Mahtoem menduga kasus positif COVID-19 muncul di Pulau Lancang dan Pari karena banyaknya pendatang saat tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada 9 Januari 2021. Berdekatan dengan tragedi itu, Kelurahan Pari ditunjuk menjadi Kampung Tangguh Jaya (KTJ).
![]() |
“Alhamdulillah, Januari dekat-dekat itu (tragedi Sriwijaya Air jatuh-red) kita ditunjuk jadi Kampung Tangguh Jaya (KTJ),” ujar dia.
Dia mengatakan usai program Kampung Tangguh Jaya masuk ke Kelurahan Pari, kasus positif COVID-19 perlahan pasti menjadi nol. Untuk Pulau Lancang berstatus nol kasus positif COVID-19 sejak 2 Februari, dan Pulau Pari nol positif COVID-19 sejak 6 Februari hingga hari ini.
“Dibentuklah oleh Pak Kapolsek, Kapolres KTJ itu, Februari selesai semua. Sebulan kurang, kami zero COVID, yang Lancang tanggal 2, Pari itu tanggal 6-nya (status zero COVID-19),” jelas Mahtoem.
Mahtoem menceritakan perjuangan pihaknya bersama TNI dan Polri dalam menanggulangi 50 lebih kasus positif COVID-19, mulai dari melakukan rapid antigen kepada hampir seluruh warga hingga menindak warga yang berulang kali mengabaikan protokol kesehatan memakai masker.
![]() |
“Sampai pada akhirnya titik puncaknya waktu itu, kita, Kampung Tangguh yang dikontrol oleh Polsek, Polres mengadakan rapid swab antigen kepada yang berkunjung ke Pulau Lancang, termasuk wartawan-wartawan yang meliput di sini,” tutur Mahtoem.
“Dari 50 lebih kasus positif itu, kami tracing ke keluarganya, rekan kerjanya, tetangganya. Sekarang hampir 95 persen warga sudah kena swab antigen. Warga Pulau Lancang kalau total sekitar 3.000, Pulau Pari 2.000,” sambung dia.
Mahtoem mengatakan umumnya warga yang terpapar COVID-19 justru petugas kelurahan yang banyak berinteraksi dengan relawan saat tragedi Sriwijaya Air SJ182 jatuh di perairan Lancang. Anak buahnya, lanjut Mahtoem, memang saat itu sibuk membantu proses evakuasi.
![]() |
“Kebetulan yang banyak terkena adalah kalau di Lancang itu anak-anak PPSU. Anak-anak buah saya. Sebab yang tadi itu, mereka kan bantu-bantuin,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Mahtoem, warga di dua pulau ini sudah peduli betul menerapkan protokol kesehatan. Pendatang yang berkunjung juga wajib rapid antigen terlebih dulu. Semua yang masuk harus dipastikan betul-betul aman. Ini bisa terwujud berkat kerja sama yang baik antara semua pihak.
“Kita agak ribet kalau nggak ada Kampung Tangguh Jaya. Jadi jiwa-jiwa penegak hukum aparatnya semakin bisa kerja sama dengan stakholder yang ada di pulau dengan RT-RW, DKM, tokoh agama. Mereka melakukan pendekatan untuk sosialisasi ke warga,” jelasnya antusias.
Sebagaimana diketahui, Kapolda Metro Jaya Irjen Mohammad Fadil Imran menggagas konsep kampung tangguh untuk menghadapi pandemi COVID-19 sejak berdinas sebagai Kapolda Jawa Timur. Kampung Tangguh Jaya memiliki konsep serupa dengan konsep PPKM mikro yang menjadi arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejak Fadil dilantik menjadi Kapolda Metro Jaya hingga saat ini, sudah berdiri lebih dari 900 Kampung Tangguh Jaya.
(hri/fjp)