Jakarta – Kebijakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi Nadim Makarim untuk membuat kurikulum prototipe mendapat apresiasi dari pengamat pendidikan dan penulis Bukik Setiawan.
Ia juga mengatakan, apa yang dilakukan Nadiem merupakan terobosan besar dalam dunia pendidikan.
“Langkah Nadiem Makarim dalam melaksanakan reformasi kurikulum sebenarnya merupakan terobosan dalam pendidikan,” kata Bukik dalam keterangan yang diterima, Minggu (1 September 2022).
Hampir semua mata kuliah sebelumnya juga sering terburu-buru, baik dalam persiapan, pelaksanaan maupun keberlanjutannya, kata Bukik. Ia mencontohkan kurikulum 2013 (K-13) yang disusun pada tahun yang sama dan segera dilaksanakan.
Cara Pengembangan Kurikulum Prototipe Umum Digunakan Start-up
Menurut Bukik, strategi pengembangan kursus prototyping ini sudah umum diterapkan pada startup atau start-up.
“Strategi pengembangan kursus prototyping sebenarnya sudah umum digunakan di dunia startup, biasa dikenal dengan proses iteratif. Buat sekarang, coba sekarang (limited), perbaiki sekarang, coba sekarang (perpanjang), perbaiki sekarang, dan kemudian dilaksanakan secara penuh,” jelasnya.
Strategi ini dianggap cepat menemukan perbedaan atau kesulitan agar tidak menyebar dan merusak seluruh ekosistem pendidikan Indonesia. Proses berulang juga memberikan kesempatan yang lebih luas kepada guru, orang tua, dinas pendidikan, dan satuan pendidikan untuk mempersiapkan implementasi kurikulum prototipe.
Nantinya, tentu saja, serta peserta pendidikan itu sendiri, akan siap pada tahun 2024 pada saat yang sama, kata Bukik. Jadi, ketika perubahan kurikulum baru ini diterapkan secara luas, ekosistem pendidikan siap menghadapinya.
Kurikulum Prototipe Tak Hanya untuk Siswa SMA/SMK
“Dari pemahaman saya, kursus prototipe itu untuk semua jenjang, bukan hanya jenjang SMA/SMK,” kata Bukik.
Dalam kursus ini, ia menyebutkan bahwa peningkatan pembelajaran memiliki dua fokus penting. Baik menguasai kompetensi dasar maupun pembelajaran berbasis konteks.
Mengenai yang pertama, ia menjelaskan bahwa kenyataannya pendidikan di Indonesia saat ini masih berbasis konten, meski disebut berbasis kompetensi. Jadi tujuannya adalah untuk menyelesaikan konten sebanyak mungkin.
Padahal, penguasaan kompetensi dasar yaitu literasi, numerasi dan karakter sangat penting di tingkat dasar. Mengapa begitu penting? Karena kompetensi dasar merupakan alat bagi siswa untuk menyelesaikan berbagai pembelajaran dan tantangan hidup di masa depan.
Sementara itu, pada fokus perbaikan kedua, kurikulum prototipe memfasilitasi penerapan metode pembelajaran yang tidak lagi menggunakan buku teks seragam dari seluruh dunia.
“Sekarang saatnya menjadikan pembelajaran pembelajaran untuk membantu siswa mengenali dan menggunakan potensi di sekitar mereka untuk memecahkan masalah masyarakat dan bekerja menuju kualitas hidup yang lebih baik,” tambahnya.
Baca juga : Selamat Datang Disrupsi Pendidikan
Sumber : detik.com