Jakarta – Pengusaha minyak kondang Mohammad Riza Chalid dan putranya, M. Kerry Andrianto Riza, resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di lingkungan PT Pertamina (Persero). Keduanya diduga memiliki peran berbeda dalam skema yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp285 triliun.
Penetapan tersangka terhadap Kerry dilakukan lebih dulu oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Senin, 24 Februari 2025. Ia merupakan beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa dan diduga terlibat dalam pemufakatan jahat terkait pengadaan impor minyak mentah oleh PT Kilang Pertamina Internasional dan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga.
Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Abdul Qohar menjelaskan, Kerry mendapat keuntungan dari transaksi impor yang diduga telah dimark-up oleh tersangka lain, Yoki Firnandi, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping saat itu.
“Akibat kontrak mark-up tersebut, negara harus membayar fee sebesar 13–15 persen, dan tersangka MKAR mendapatkan keuntungan dari skema itu,” ujar Qohar.
Tindakan tersebut turut menyebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Pemerintah pun terpaksa menambah subsidi BBM melalui anggaran negara (APBN), yang memperparah kerugian keuangan negara.
Atas perbuatannya, Kerry dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1) Jo. Pasal 3 Jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Riza Chalid Terseret, Diduga Intervensi Kebijakan Pertamina
Pada Juli 2025, Kejagung mengumumkan bahwa Riza Chalid juga ditetapkan sebagai tersangka. Riza diketahui sebagai beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa dan PT Orbit Terminal Merak.
Dalam konferensi pers, Kamis (11/7/2025) malam, Qohar menjelaskan bahwa peran Riza berbeda dari anaknya. Ia diduga melakukan intervensi kebijakan tata kelola minyak di PT Pertamina, khususnya dalam kerja sama penyewaan terminal BBM Merak.
Riza bekerja sama dengan sejumlah pejabat Pertamina saat itu, termasuk Hanung Budya (Direktur Pemasaran dan Niaga 2014), Alfian Nasution (VP Supply dan Distribusi 2011–2015), serta Gading Ramadhan Joedo (Komisaris PT Jenggala Maritim dan Dirut PT Orbit Terminal Merak).
“Kesepakatan itu dilakukan saat Pertamina belum memerlukan tambahan kapasitas penyimpanan BBM. Namun, mereka tetap menyusun kerja sama, bahkan menghilangkan skema kepemilikan aset dalam kontrak dan menetapkan harga kontrak sangat tinggi,” ungkap Qohar.
Kejagung menilai perbuatan tersebut sebagai tindakan melawan hukum yang menyebabkan kerugian negara. Total kerugian akibat rangkaian perbuatan para tersangka kini mencapai Rp285.017.731.964.389 atau naik dari sebelumnya Rp193,7 triliun.
Daftar 18 Tersangka Kasus Korupsi Minyak Mentah Pertamina
Berikut daftar lengkap 18 tersangka yang telah ditetapkan Kejagung dalam kasus ini:
-
Riva Siahaan – Dirut PT Pertamina Patra Niaga
-
Sani Dinar Saifuddin – Direktur Feedstock & Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional
-
Yoki Firnandi – Dirut PT Pertamina International Shipping
-
Agus Purwono – VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional
-
Maya Kusmaya – Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga
-
Edward Corne – VP Trading Operations PT Pertamina Patra Niaga
-
Muhammad Kerry Andrianto Riza – Beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa
-
Dimas Werhaspati – Komisaris PT Navigator Khatulistiwa & Komisaris PT Jenggala Maritim
-
Gading Ramadhan Joedo – Komisaris PT Jenggala Maritim & Dirut PT Orbit Terminal Merak
-
Alfian Nasution – VP Supply & Distribusi PT Pertamina (2011–2015)
-
Hanung Budya Yuktyanta – Direktur Pemasaran & Niaga PT Pertamina (2014)
-
Toto Nugroho – VP Intermediate Supply PT Pertamina (2017–2018)
-
Dwi Sudarsono – VP Product Trading ISC Pertamina (2019–2020)
-
Arief Sukmara – Direktur Gas, Petrokimia & Bisnis Baru PT Pertamina International Shipping
-
Hasto Wibowo – SVP Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina (2018–2020)
-
Martin Haendra Nata – Business Development Manager PT Trafigura (2019–2021)
-
Indra Putra Harsono – Business Development Manager PT Mahameru Kencana Abadi
-
Mohammad Riza Chalid – Beneficial owner PT Tanki Merak & PT Orbit Terminal Merak
Kejaksaan Agung menyatakan akan terus mendalami kasus ini dan tidak menutup kemungkinan adanya penambahan tersangka baru, seiring proses penyidikan yang terus berjalan.
