JurnalismeInvestigatif – Jakarta – Kubah masjid Jakarta Islamic Center runtuh akibat kebakaran pada Rabu siang. Sebuah video amatir dari warga setempat memperlihatkan kubah masjid terbakar hingga roboh.
Peristiwa itu menyebabkan warga Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, yang melihat detik-detik kubah runtuh itu berteriak.
Video tersebut bagian dalam Jakarta Islamic Center yang terbakar itu tampak direkam dari tempat salat imam.
Perekam menunjukkan keadaan bagian dalam di mana puing-puing dari kubah masjid yang terbakar berjatuhan ke ruang tempat salat.
Terdengar juga suara material besi yang berjatuhan ke lantai salat Jakarta Islamic Center saat terbakar.
Video tersebut beredar di media sosial, salah satunya akun Twitter @Z4r4n.
https://twitter.com/z4r4n/status/1582671166854303744
“Islamic Center Kebakaran hari ini Rabu 19 Oktober 2022 waktu Ashar,” ujar si perekam video.
Dikabarkan sebelumnya, proses pemadaman Jakarta Islamic Center yang terbakar tampak berjalan alot karena sumber api berada di kubah Masjid yang cukup tinggi.
Petugas pemadam kebakaran hingga menggunakan mobil tangga untuk menjangkau sumber api. Hingga pukul 17.00 WIB, proses pemadaman masih berlangsung.
Diduga penyebab kebakaran berasal dari perbaikan di bagian kubah masjid yang menimbulkan percikan api. Disebutkan bahwa kubah masjid mengalami kebocoran sehingga perlu ada perbaikan.
Baca Juga : Makin Berat Terbang Didera Pandemi
Kisah Masjid Jakarta Islamic Centre
Masjid Raya Jakarta Islamic Centre (JIC) di Kelurahan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, ternyata menyimpan kisah masa lalu yang cukup kelam.
Mungkin bagi sebagian anak yang lahir pada era milenial tak mengetahui bila di lahan berdirinya Masjid Raya yang sangat megah, dulunya bekas lokalisasi prostitusi terbesar se-Asia Tenggara, yang dikenal dengan sebutan Kramat Tunggak.
Dahulu, sebelum dijadikan lokalisasi prostitusi Kramat Tunggak, lokasi tersebut merupakan lahan rawa-rawa di pinggiran Jakarta yang lazim disebut orang pada masanya sebagai “tempat jin buang anak”.
Namun, pada 1970 pada era Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, lahan rawa-rawa tersebut dijadikan tempat lokalisasi bagi para pekerja seks komersial (PSK).
Kemudian, pada 1998, ketika Jakarta dipimpin oleh Gubernur Sutiyoso, tercetus ide untuk membubarkan sarang prostitusi Kramat Tunggak setelah mendapat desakan dari para pemuka agama.
Saat itu, Kramat Tunggak yang saat ini menjadi wilayah Kelurahan Tugu Utara, sudah menjadi permukiman warga.
Pada 1998, Sutiyoso mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur, agar wilayah Kramat Tunggak dapat dikosongkan dalam waktu satu tahun.
Seluruh penghuni lokalisasi Kramat Tunggak pun kemudian diberi uang ganti untung bangunan.
Singkat cerita, pada akhir 1999 kawasan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu rata dengan tanah tanpa perlawanan dari penghuninya. Kawasan itu pun sekelilingnya ditutup dengan tembok setinggi 2 meter agar tak kembali ditempati.
Sutiyoso bahkan sempat mengirimkan tim ke Mesir, Iran, Inggris, dan Prancis untuk melakukan studi banding terkait pembangunan Jakarta Islamic Centre. Pembangunan Masjid Raya Jakarta Islamic Centre pun resmi dimulai pada 2001.
Setahun kemudian, pada 2002, Masjid Raya Jakarta Islamic Centre dipakai untuk salat Jumat berjemaah pertama kalinya. Setahun kemudian Jakarta Islamic Centre diresmikan oleh Sutiyoso pada pada 4 Maret 2003.
Dengan total biaya pembangunan dan perawatan hingga Rp700 miliar, Jakarta Islamic Centre akhirnya bisa berdiri hingga saat ini dan menjadi salah satu pusat peradaban agama Islam terbesar di Indonesia.
“Total ada 5 gedung, fungsinya ada 5 fungsi. Fungsi peribadahan atau spiritual, fungsi pendidikan dan latihan, fungsi sosial budaya, fungsi informasi dan fungsi bisnis,” pungkasnya.
Baca Juga : Bisakah Media Jadi Pilar Keempat Demokrasi?
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari jurnalismeinvestigatif.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainya.