Jurnalismeinvestigatif – Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut akhir dari pandemi COVID-19 kini sudah di depan mata. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia berada di posisi yang sangat baik untuk segera mengakhiri pandemi COVID-19.
“Kita belum sampai di sana. Tetapi akhirnya sudah di depan mata,” katanya saat konferensi pers dikutip dari Reuters, Sabu (17/9/2022).
Menurutnya, ini adalah penilaian paling optimistis dari badan PBB itu sejak mengumumkan keadaan darurat internasional pada Januari 2020 dan mulai mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi tiga bulan kemudian.
Disebutkan, vaksinasi dan terapi penanganan Covid-19 telah membantu membendung kematian dan rawat inap, dan varian Omicron yang muncul akhir tahun lalu menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah. Kematian akibat COVID-19 pekan lalu dilaporkan sebagai level terendah sejak Maret 2020 oleh PBB.
Baca Juga : Makin Berat Terbang Didera Pandemi
Sejauh ini ada 606 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi Virus Corona dan 6,5 juta tewas karenanya.
Tedros juga kembali mendesak negara-negara untuk menjaga kewaspadaan mereka dan menyamakan pandemi dengan perlombaan maraton.
Dia mendesak negara-negara mengevaluasi kebijakan dan memperkuatnya untuk COVID-19 dan virus di masa depan. Serta, mendorong vaksinasi 100% kelompok berisiko tinggi dan tetap melakukan pengujian.
“Sekarang adalah waktunya untuk berlari lebih keras dan memastikan kita melewati batas dan menuai hasil dari semua kerja keras kita.”
Pertemuan para ahli WHO berikutnya adalah untuk memutuskan apakah pandemi masih merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Pertemuan ini akan diadakan pada Oktober mendatang.
Baca Juga : Dukung Pemerintah Tangani Pandemi dengan #PerketatDisiplinProkes
Jika akhir pandemi sudah berakhir, apakah masker masih perlu dipakai?
Menjawab hal tersebut, Epidemiolog Grifith University Australia Dicky Budiman menjelaskan perlu tidaknya masker adalah dilihat dari esensinya.
“Bicara masker ini kita harus melihat esensinya. Memakai masker adalah memproteksi diri dan sekitar karena adanya ancaman patogen yang menular melalui udara dan karena kualitas udara yang buruk,” kata Dicky pada Kompas.com, Senin (19/9/2022).
Jika nanti status pandemi sudah dicabut, Dicky mengatakan, penggunaan masker tetap diperlukan. Akan tetapi penggunaannya sangat bergantung pada kesadaran individu.
Misalnya orang yang sedang sakit, maka perlu memakai masker. Selain itu, jika berada di tempat umum, di rumah sakit, di kantor saat banyak orang terkena flu, dan sebagainya maka seharusnya memakai masker.
“Kemampuan menilai risiko secara mandiri itu dilihat tadi kondisi kita nih lagi sakit nggak, sakitnya nggak mesti Covid, bisa flu, atau yang berpotensi menular melalui udara nah kita harus pakai masker,” ujar Dicky.
Baca Juga : Pariwisata Bali pulih dan sukses pasca pandemi
Dicky menambahkan apalagi saat ini kualitas udara di Indonesia secara umum sedang buruk, jadi sebaiknya tetap pakai masker. Dia juga mengingatkan bahwa setelah pandemi Covid-19 masih ada ancaman lainnya, yakni penyakit menular.
Ada ancaman terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit polio, campak, difteri, dan lainnya. Karena pandemi Covid-19, penanganan atau pencegahan penyakit tersebut sempat terabaikan.
Oleh karena itu, Dicky Budiman mengingatkan agar perilaku hidup sehat harus terus dilakukan dalam segala aspek, termasuk hubungan seksual. Ancaman lainnya adalah penyakit non infeksi yang penanganannya tertunda selama pandemi seperti kanker dan jantung sehingga mengakibatkan kematian.
“Status pandemi dicabut atau public health emergency international concern, tapi itu tidak serta merta mengartikan bahwa kita selesai dengan Covid-19, tidak,” kata Dicky.
Baca Juga : Pandemi Mengubah Segalanya
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari jurnalismeinvestigatif.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainya.