Site icon jurnalismeinvestigatif.com

Joe Biden Naikkan Tarif Impor China: Langkah Strategis di Tengah Perang Dagang AS-China

Jurnalismeinvestigatif.com – Pada hari Selasa (14/5/2024), Joe Biden mengumumkan tarif impor baru untuk berbagai produk asal China, termasuk kendaraan listrik, semikonduktor, baterai, sel surya, baja, dan aluminium. Tarif impor kendaraan listrik naik menjadi 100 persen, empat kali lipat dari tarif sebelumnya yang sebesar 25 persen.

Selain itu, tarif impor sel surya dari China juga meningkat dua kali lipat menjadi 50 persen. Produk baja dan aluminium tertentu mengalami kenaikan tarif impor tiga kali lipat menjadi 25 persen. Tarif impor semikonduktor China digandakan dari 25 persen menjadi 50 persen. Tarif impor terhadap pasokan medis, baterai, hingga mineral penting juga mengalami kenaikan.

“Langkah bersamaan ini akan menaikkan tarif impor dari China senilai USD 18 miliar,” sebut Gedung Putih, menyusul keputusan pemerintah melanjutkan kebijakan penerapan tarif era Donald Trump terhadap China berdasarkan Pasal 301.

Seorang pejabat senior pemerintah AS pada Senin (13/5), seperti dilaporkan oleh CBS News, menyatakan bahwa mobil listrik murah asal China berdampak negatif terhadap bisnis dan pekerja di AS serta tidak berkontribusi positif terhadap perkembangan kendaraan listrik di negara ini.

Penerapan tarif impor baru ini merupakan upaya pemerintahan Biden untuk mencegah China meremehkan perusahaan-perusahaan AS dan mengancam lapangan kerja di sektor manufaktur AS. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menegaskan bahwa tarif tersebut dimaksudkan untuk melawan ancaman yang ditimbulkan oleh praktik bisnis China, meskipun tidak merinci perubahan kebijakan tersebut.

“Bukan rahasia lagi bahwa presiden, seluruh pemerintahannya, prihatin dengan praktik tidak adil yang dilakukan oleh (China) yang merugikan pekerja dan bisnis AS, masalah kelebihan kapasitas, cara China menerapkan serangkaian kebijakan non-pasar, mendistorsi praktik-praktik di sektor-sektor strategis,” kata Sullivan kepada wartawan di Gedung Putih, Senin.

Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, Lael Brainard, mengungkapkan pada hari Senin bahwa China menggunakan strategi yang sama untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dengan mengorbankan negara lain, membanjiri pasar global dengan ekspor berlebih.

Baca Juga : Klarifikasi Bea Masuk dan Pelayanan Segera untuk Importasi Peti Jenazah

Tidak Ada Kaitannya dengan Pilpres AS 2024

Pada hari Selasa di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Wang Wenbin, menyatakan bahwa China selalu menentang kenaikan tarif sepihak yang melanggar peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga hak dan kepentingan sahnya.

Meski tarif baru terhadap kendaraan listrik sebagian besar bersifat simbolis untuk saat ini, karena kendaraan listrik China bukan bagian besar dari pasar kendaraan listrik di AS, ekspor China secara keseluruhan telah meningkat pesat, naik 50 persen selama dua tahun terakhir. China memproduksi mobil listrik dengan harga yang lebih murah dibandingkan produsen mobil AS dan menerima ulasan yang bagus.

BYD, produsen kendaraan listrik terbesar di dunia, meluncurkan mobil baru, Seagull, yang menurut kantor berita AP memiliki performa yang baik dan kualitas yang menyaingi kendaraan listrik buatan AS yang harganya tiga kali lipat lebih mahal. Seagull dijual dengan harga sekitar USD 12.000 di China, dengan versi jarak pendek di bawah USD 10.000.

Tarif baru yang secara signifikan menaikkan harga kendaraan listrik China dapat mengurangi tekanan terhadap produsen mobil AS dan United Auto Workers, yang mendukung pencalonan Biden dalam Pilpres AS 2024. Saat menerima dukungan tersebut, Biden berjanji tidak akan meninggalkan pekerja otomotif AS.

“China bertekad mendominasi pasar tersebut, dengan kendaraan listrik yang sebagian besar dibuat di China dan lapangan kerja China,” ujarnya. “Pemerintahan sebelumnya hanya duduk diam dan membiarkan China mengambil semua pekerjaan ini, tapi saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Para pejabat pemerintah mengatakan pengumuman kebijakan tarif impor baru tidak ada kaitannya dengan Pilpres AS 2024.

“Ini tidak ada hubungannya dengan politik,” kata seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan, sambil menekankan kebijakan tarif impor baru mencerminkan kesimpulan dari tinjauan empat tahunan Perwakilan Dagang AS Katherine Tai bahwa China terus terlibat dalam praktik bisnis yang tidak adil.

Baca Juga : Penyanyi Dangdut Nayunda Nabila Selesai Diperiksa KPK Selama 12 Jam

Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari Jurnalismeinvestigatif.com. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainnya. 

Exit mobile version