Site icon jurnalismeinvestigatif.com

Kapolri Minta Jajaran Keluar dari Zona Nyaman: Munculkan Terobosan Positif

Jakarta – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yakin di institusi Polri masih jauh lebih banyak polisi yang baik daripada segelintir oknum yang melakukan pelanggaran. Karena itu, dia meminta jajarannya, khususnya kapolda, kapolres, hingga kapolsek untuk keluar dari zona nyaman.

“Masih sangat banyak polisi yang baik dibanding oknum sehingga manfaatkan perkembangan teknologi untuk memunculkan terobosan kreatif dan positif yang ada,” kata Sigit dalam keterangannya seperti dilihat di akun Instagram @divtikpolri, Kamis (28/10/2021).

Sigit mengatakan pejabat di Polri jangan melulu melihat sesuatu dari sisi Polri melainkan harus pula dilihat dari sisi masyarakat. Kritik konstruktif dari publik harus dilihat sebagai masukan positif dalam mengawal proses transformasi menuju Polri yang Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan).

Sigit lantas bicara soal konsep kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin yang baik harus bisa menjadi teladan bagi semua pihak sebagaimana semangat dari lahirnya konsep Presisi yang dia usung sejak menjabat Kapolri.

Konsep Presisi, menurutnya, akan bisa dirasakan oleh masyarakat dan internal Polri, apabila benar-benar diimplementasikan dengan baik. Dengan melaksanakan gagasan itu, Polri akan menjadi institusi yang semakin dicintai oleh masyarakat Indonesia.

“Itu yang saya tuangkan dalam konsep Presisi. Bagaimana kita menghadirkan pemolisian yang prediktif, responsibilitas, dan mampu melaksanakan semua secara transparan dan memenuhi rasa keadilan,” kata Sigit.

“Ini menjadi harapan masyarakat dan tugas rekan-rekan untuk mampu mewujudkan semua ini dari level pemimpin sampai dengan pelaksana,” sambung mantan Kabareskrim Polri ini.

Di awal perjalanan, lanjut Sigit, konsep Presisi ini telah melahirkan tingkat kepercayaan masyarakat yang meningkat berdasarkan hasil survei di pertengahan tahun. Namun belakangan, tren positif kepercayaan itu mengalami penurunan karena adanya perbuatan sejumlah oknum.

Karena itu Sigit kembali mengingatkan jajarannya untuk kembali bekerja keras meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri. Dia optimistis ini bisa terwujud karena menurutnya di institusi Polri jauh lebih banyak diisi orang-orang baik yang memiliki semangat perubahan mewujudkan semangat dari Presisi.

Sigit meminta jajarannya bisa menjadi pemimpin yang mengayomi dan melayani bagi warga dan anggotanya. Pemimpin harus memiliki sifat dan sikap yang kuat, menguasai lapangan, bergerak cepat, responsif, peka terhadap perubahan dan berani keluar dari zona nyaman.

“Jadilah pemimpin yang melayani. Pemimpin yang bisa melayani dan menempatkan anggota dan masyarakat sebagai prioritas. Jangan hanya memerintah tapi tidak tahu kesulitan. Ini menjadi masalah,” kata Sigit.

Sigit mendorong jajarannya mau terjun langsung ke bawah untuk mendengarkan secara langsung aspirasi dari masyarakat dan anggotanya. Pemimpin yang kuat akan mampu menciptakan rasa saling menghormati antara pimpinan dan jajarannya.

Sigit menekankan, dalam menjalankan tugas, pemimpin juga tidak boleh mudah terpancing emosinya. Hal itu, sambung Sigit, dapat berpengaruh pada tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

“Turun langsung ke lapangan agar tahu apa yang dirasakan masyarakat dan anak buah. Jaga emosi, jangan terpancing. Emosi mudah meledak akan akibatkan perbuatan yang tidak terukur. Apalagi diberikan kewenangan oleh undang undang maka tindakan tidak tersebut akan berpotensi menjadi masalah,” ujar eks Kabareskrim Polri ini.

Terkait kepemimpinan, Sigit pun mengutip peribahasa, ‘Ikan Busuk Mulai dari Kepala’. Atau dengan kata lain, segala permasalahan internal di kepolisian, dapat terjadi karena pimpinannya bermasalah atau tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (Foto: dok ist)

“Ada pepatah, ikan busuk mulai dari kepala, kalau pimpinannya bermasalah maka bawahannya akan bermasalah juga. Pimpinan harus jadi teladan, sehingga bawahannya akan meneladani. Karena kita tidak mungkin diikuti kalau kita tidak memulai yang baik, kita tidak mungkin menegur kalau tidak jadi teladan, harus mulai dari pemimpin atau diri sendiri. Ini yang saya harapkan rekan-rekan mampu memahami. Hal yang dijalankan penuh keikhlasan akan menjadi buah keikhlasan. Tolong ini diimplementasikan bukan hanya teori dan pepatah,” papar Sigit.

Sebagai Kapolri, Sigit memastikan dirinya beserta pejabat utama Mabes Polri memiliki komitmen untuk memberikan reward bagi personel yang menjalankan tugasnya dengan baik dan bekerja keras untuk melayani serta mengayomi masyarakat.

“Saya dan seluruh pejabat utama memiliki komitmen kepada anggota yang sudah bekerja keras di lapangan, kerja bagus, capek, meninggalkan anak-istri. Akan selalu komitmen berikan reward, kalau saya lupa tolong diingatkan,” ucap Sigit.

Namun sebaliknya, Sigit menegaskan, sanksi tegas akan diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik atau melanggar aturan yang ada.

Bahkan, Sigit tak ragu untuk menindak tegas pimpinannya apabila tidak mampu menjadi tauladan bagi jajarannya, apabila ke depannya masih melanggar aturan. Menurut Sigit, semua itu dilakukan untuk kebaikan Korps Bhayangkara ke depannya.

“Namun terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan berdampak kepada organisasi maka jangan ragu melakukan tindakan. Kalau tak mampu membersihkan ekor maka kepalanya akan saya potong. Ini semua untuk kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Menjadi teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat agar kita bisa ambil kebijakan yang sesuai,” ujar Sigit.

Sumber : Detik.com

Exit mobile version