Site icon jurnalismeinvestigatif.com

Ratusan Remaja Ponorogo Hamil di Luar Nikah, Bukti Pentingnya Edukasi Sex

Ratusan Remaja Ponorogo Hamil di Luar Nikah, Bukti Pentingnya Edukasi Sex

Gambar ilustrasi sex education | Sumber : istimewa

JurnalismeInvestigatif – Ponorogo – Berita heboh viral di media sosial karena digemparkan dengan adanya berita ratusan pelajar SMP hingga SMA di Ponorogo hamil di luar nikah.

Beberapa diantaranya bahkan dengan berani meminta dispensasi untuk melangsungkan pernikahan dengan pasanganya.

Para pelajar tersebut diketahui melakukan hubungan seks tersebut ketika rumah sedang kosong ataupun di hotel tempat wisata.

Sungguh hal yang mencengangkan dimana para pelajar yang harusnya masih duduk dibangku sekolah dan menggapai cita-citanya harus pupus karena harus mengurus sang buah hati.

Apakah ini bukti kalau pelajar Indonesia perlu diberikan edukasi terkait sex ?

Baca Juga : 10 Negara dengan Sistem Pendidikan Terburuk di Dunia, Apa Indonesia Termasuk?

Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, mengatakan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi penting untuk disampaikan kepada anak untuk mencegah seks bebas dan kehamilan di luar nikah seperti yang marak terjadi di Ponorogo, Jawa Timur.

Dia bilang selain pendidikan agama dan pengawasan keluarga, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi perlu diajarkan kepada anak-anak remaja.

“Di samping pendidikan agama dan pengawasan orang tua, sebenarnya pendidikan seks juga penting,” katanya kepada Antara, Selasa (17/1/2023).

Vera mengaku miris, karena seharusnya para pelajar di bawah umur masih bisa mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan yang ada dalam dirinya.

Baca Juga : Biaya Pendidikan Naik Terus, Berikut Tips Perencanaanya

“Sangat disayangkan hal ini masih terjadi, apalagi di usia dimana anak masih seharusnya membangun dirinya sendiri dulu, bukan membangun keluarga,” lanjut Vera.

Menurut Vera, anak sangat membutuhkan akses keterbukaan untuk membicarakan kesehatan reproduksi. Remaja perlu mengetahui konsekuensi dari suatu perbuatan hingga cara menghindarinya.

Sebab, remaja kemungkinan akan menghadapi tekanan dari teman atau pacarnya jika melakukan penolakan. Maka dari itu, diharapkan orang tua tidak ragu memberikan edukasi kesehatan reproduksi pada anak, tentunya tetap beriringan dengan kaidah-kaidah pendidikan agama.

Diharapkan orang tua dapat memberikannya sedini mungkin sebelum pubertas agar anak lebih mawas dan antisipatif karena sudah tahu konsekuensi/akibat dari suatu tindakan.

Baca Juga : 3 Negara dengan Pendidikan PAUD Terbaik, Mana Saja?

“Di sini orang tua perlu membantu anak untuk mencari cara menolak dan lebih fokus pada mengembangkan kelebihan diri yang dimiliki,” ujarnya.

Saat memberikan edukasi kesehatan reproduksi, orang tua bisa menciptakan suasana nyaman guna membangun sebuah momen bicara santai dengan anak secara rutin, untuk membuat pengawasan terhadap apa yang terjadi di dunia anak.

Vera menambahkan edukasi kesehatan reproduksi merupakan tanggung jawab semua pihak. Sekolah misalnya, dapat membantu orang tua memberikan edukasi tersebut melalui sesi rutin di sekolah. Guru juga harus membuat para pelajar merasa memiliki akses untuk sekadar bertanya atau berdiskusi.

“Tanggung jawabnya tidak hanya pada pemerintah, tapi semua pihak, orang tua terutama, sekolah, lingkungan masyarakat, sosial media, dan platform lainnya yang dikonsumsi remaja. Semuanya bertanggung jawab atas pendampingan dan memberikan input yang sesuai dengan usia anak,” ujarnya.

Baca Juga Apa Saja Pasal Kontroversial RKUHP, Ini Dia?

Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari jurnalismeinvestigatif.com Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainya.

Exit mobile version