Site icon jurnalismeinvestigatif.com

Pandemi vs Inovasi pada Primadona Infrastruktur RI

Jakarta

Proyek jalan tol menjadi salah satu prioritas pembangunan pemerintah Indonesia. Di bawah komando Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, tol saat ini bisa dibilang primadona di antara proyek infrastruktur lain.

Kenapa primadona, karena infrastruktur ini terbilang paling masif dibangun. Hingga tahun 2024, Presiden Joko Widodo menargetkan bisa membangun 4.500 km sampai 5.000 km jalan tol baru.

“Alhamdulillah kita harap akhir 2019 ini, kita akan memiliki kurang lebih, berapa Pak Menteri (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono)? 1.500 km jalan tol. Ini hanya lima tahun. Dan kita harapkan nanti lima tahun ke depan berada pada angka kurang lebih 4.500-5.000 km jalan tol kita,” kata Jokowi saat membuka acara Konstruksi Indonesia dan Indonesia Infrastructure Week 2019 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Rabu (6/11/2019).

Karena hal itu, ‘sang primadona’ ini harus tampil prima dan maksimal. Mulai dari perencanaan pembangunan, proses pembangunan, hingga pemeliharaan bila tol tersebut sudah beroperasi.

Dari semua poin itu, ada satu kunci yang tak boleh ketinggalan: Inovasi, inovasi dan inovasi. Apalagi tantangan kali ini tak mudah. Operator jalan tol harus kebal dari hantaman dampak Pandemi COVID-19. Caranya, dengan berinovasi. Bila tak pandai berinovasi, siap-siap terdisrupsi.

Nah, inovasi ini tak pernah ditinggalkan oleh operator tol PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jasa Marga yang sudah 43 tahun malang melintang di industri ini tahu betul bagaimana menciptakan sebuah inovasi agar pelayanan di jalan tol tetap terjaga. Terhitung sudah banyak inovasi dan terobosan yang dilakukan Jasa Marga sejak 43 tahun berdiri.

Contoh terbaru, Jasa Marga meluncurkan pusat kendali, alias command center lalu lintas jalan tol berbasis Intelligeny Transportation System (ITS) pertama dan terlengkap di Indonesia. Pusat kendali lalu lintas tol ini dinamai Jasa Marga Tollroad Command Center (JMTC).

Kecanggihan JMTC ada pada sistem Intelligent Transportasi System (ITS). Dengan ini, seluruh peralatan informasi dan komunikasi di Jalan Tol Jasa Marga Group terintegrasi. Ini menjadikan Jasa Marga sebagai pionir dan sekaligus operator jalan tol dengan sistem pengolah data lalu lintas jalan tol terlengkap dan terpadu di Indonesia.

“Dengan penerapan ITS ini, JMTC dilengkapi Advanced Traffic Management System (ATMS) yang mampu menganalisa kondisi kepadatan di jalan tol melalui kecepatan rata-rata kendaraan pada segmen jalan tol serta menghitung data volume kendaraan sesuai dengan kapasitas jalan tol. Apabila kecepatan kendaraan mendekati kecepatan minimum dan volume kendaraan mendekati kapasitas maksimal suatu ruas jalan tol, maka sistem ini memberikan peringatan dini kepada petugas untuk dapat melakukan pengaturan lalu lintas,” ujar Operation and Maintenance Management Group Head Jasa Marga Atika Dara Prahita.

Canggihnya lagi, sistem ini juga dilengkapi dengan sistem Advanced Traveller Information System (ATIS), yang dapat memberikan informasi kepada pengguna jalan tol baik sebelum maupun selama dalam perjalanan. Informasi ini didapatkan melalui One Call Center 24 Jam di nomor 14080, Variable Message Sign (VMS) hingga melalui aplikasi Travoy 3.0. Atika menyatakan, dengan perpaduan informasi yang terintegrasi ini maka petugas dapat berkoordinasi dengan stakeholder terkait untuk menerapkan kebijakan rekayasa lalu lintas contra flow, ramp metering, atau one way, secara proporsional mengikuti kondisi yang sebenarnya di lapangan.

“Selain itu, terdapat pula Incident Management System (IMS) yang merupakan alat deteksi dini gangguan lalu lintas dengan mengidentifikasi perubahan kecepatan kendaraan untuk menekan potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas. JMTC juga memiliki sistem yang mengadaptasi Electronic Traffic Law Enforcement(ETLE), yang secara akurat dapat memberikan data pelanggaran lalu lintas di jalan tol seperti pelanggaran kecepatan dan muatan dengan bantuan peralatan speed camera lengkap dengan pendeteksi plat nomor kendaraan serta weigh in motion kepada pihak Kepolisian untuk selanjutnya diproses hukum,” tambahnya.

JMTC merupakan bentuk penyempurnaan dari Jasa Marga Traffic Information Center (JMTIC) yang merupakan pusat informasi dan komunikasi lalu lintas jalan tol dan telah beroperasi sejak tahun 2005. JMTC memiliki 1.705 CCTV, 65 Smart CCTV, 204 VMS, dan 22 Remote Traffic Monitoring System (RTMS) yang tersebar di jalan tol Jasa Marga Group di seluruh Indonesia. Kecanggihan yang dimiliki JMTC akan mempermudah koordinasi antara Jasa Marga dengan Korlantas POLRI, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam memutuskan rekayasa lalu lintas yang akan dilaksanakan khususnya pada saat operasi libur panjang.

“Masyarakat dapat mengakses berbagai fasilitas yang terintegrasi dalam JMTC melalui aplikasi Travoy 3.0 dan pusat panggilan 14080 selama 24 jam. Aplikasi Travoy 3.0 kini telah dilengkapi dengan beragam fitur seperti Panic Shake, Derek Online, pantauan kondisi lalu lintas melalui CCTV hingga informasi mengenai rest area yang terhubung langsung dengan JMTC. Dengan diluncurkannya Travoy 3.0, maka CCTV Jasa Marga yang sebelumnya dapat diakses melalui situs www.jasamargalive.com saat ini telah ditutup. Fitur Maps dan CCTV telah diintegrasikan dengan aplikasi Travoy 3.0 yang dapat diunduh oleh pengguna jalan tol, baik untuk pengguna iOS maupun Android,” tutup Atika.

Pantau Jalan Tol Pakai JempolPantau Jalan Tol Pakai Jempol Foto: Pantau Jalan Tol Pakai Jempol (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)

Ini bukan kali pertama Jasa Marga melakukan inovasi berbasis teknologi. Jasa Marga juga menjadi pionir dalam program elektronifikasi pembayaran tol menjadi non tunai. Tujuannya, agar standar pelayanan minimum yaitu meminimalisir antrean bisa terpenuhi. Dengan adanya elektronifikasi, waktu bayar tol menjadi 2 detik dari sebelumnya 4 hingga 6 detik.

Transaksi juga lebih akurat. Pendapatan hasil transaksi bisa langsung masuk ke rekening badan usaha karena tidak ada cash collection.

Program ini serentak dilakukan pada akhir Oktober 2017. Seluruh gerbang tol yang ada di Indonesia tak lagi melayani pembayaran tunai. Semuanya otomatis. Jasa Marga kala itu memastikan tak ada pemutusan hubungan karyawan yang dilakukan akibat berkurangnya sumber daya manusia di gerbang tol.

Dalam jumlah tertentu, di lapangan tetap dibutuhkan petugas sebagai Pengawas Gerbang Tol Otomatis (GTO)/Gerbang Tol Semi Otomatis (GSO). Selanjutnya, bagi mereka yang yang tidak lagi bekerja sebagai Pengawas GTO/GSO di Gerbang Tol, Jasa Marga memberikan pilihan menarik dalam bentuk “Program Alih Profesi (A-Life)” kepada karyawan tersebut, sejalan dengan perkembangan usaha bisnis Jasa Marga yang dalam 3 tahun ke depan (2017-2019) memiliki target untuk mengoperasikan 600 Km jalan tol baru. Kepada mereka diberikan kebebasan secara sukarela, untuk memilih bergabung atau tidak bergabung dalam program A-Life ini.

Pandemi vs Inovasi

Jasa Marga juga termasuk perusahaan yang terpukul karena pandemi Corona. Pendapatan dari jalan tol jelas tertekan akibat turunya volume lalu lintas karena ada pembatasan kegiatan masyarakat di tengah pagebluk ini. Di sini, sebuah perusahaan harus memutar otak lebih keras agar bisnis tetap berjalan.

“Kami telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kinerja Perseroan, di antaranya dengan prioritisasi program kerja, efisiensi dan pengendalian beban usaha dan belanja modal, menyiapkan skema untuk menjaga likuiditas, serta berbagai upaya lainnya, sehingga Insya Allah, capaian kinerja Perseroan di tahun 2020 masih positif,” Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Subakti Syukur.

Lantas, apa yang dilakukan Jasa Marga?

Jasa Marga mengetahui investasi yang paling baik adalah investasi di bidang sumber daya manusia. Salah satu yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan kompetensi dan kinerja SDM Jasa Marga yang disebut Roadster Jasa Marga. Karena ini bisa menunjang kinerja perusahaan di masa depan.

Perseroan pun meluncurkan pusat riset dan inovasi yang disebut Internet of Thins Laboratory demi mendukung bisnis perusahaan ke depan.

Kami juga meluncurkan modul learning terbaru Gamification, yaitu metode pembelajaran yang dikemas dalam bentuk game digital berupa snake ladder yang dikembangkan internal oleh Roadster Jasa Marga. Diharapkan ke depannya, Roadster Jasa Marga selalu memiliki talenta terbaik dengan learning agility yang tinggi sebagai calon pemimpin masa depan, baik di Jasa Marga maupun di luar Jasa Marga Group,” ujar Corporate Secretary Jasa Marga, M Agus Setiawan.

(zlf/dna)

Exit mobile version